Jumat, 03 Oktober 2014

MK Sibernetika



BAB I MEMAHAMI SIBERNETIKA

A.      PENGERTIAN SIBERNETIKA

Istilah sibernetika berasal dari Yunani kuno κυβερνήτης (kybernētēs, jurumudi, gubernur, pilot, atau kemudi - akar yang sama dengan pemerintah).  Sibernetika  adalah bidang  studi  yang  sangat  luas,  tetapi  tujuan  penting  dari  sibernetika  adalah  untuk memahami  dan  menentukan  fungsi  dan  proses  dari  sistem  yang  memiliki  tujuan  dan yang berpartisipasi dalam lingkaran rantai sebab akibat yang bergerak dari aksi/tindakan menuju  ke  penginderaan  lalu  membandingkan  dengan  tujuan  yang  diinginkan,  dan kembali lagi kepada tindakan.
Sibernetika didefinisikan oleh Norbert Wiener, dalam bukunya yang berjudul sama, sebagai suatu studi terhadap kontrol dan komunikasi pada binatang dan mesin. Stafford Beer  menyebutnya  sebagai  ilmu  organisasi  efektif  dan  Gordon  Pask  memperluasnya dengan mencakup aliran informasi "pada semua media" dari bintang hingga otak. Hal ini termasuk studi tentang loloh balik, kotak hitam dan konsep-konsep  turunannya  seperti komunikasi   dan  teori  kendali  dalam  kehidupan   organisme,   mesin  dan  organisasi termasuk organisasi mandiri.
Sibernetika   berfokus   kepada   bagaimana   sesuatu   itu  (digital,   mekanik,   atau biologis)  memproses  informasi,  bereaksi  terhadap  informasi,  dan berubah  atau dapat diubah agar dapat mencapai dua tugas pertama dengan lebih baik. Definisi yang lebih filosofis, disarankan pada tahun 1956 oleh Louis Couffignal, salah seorang pelopor sibernetika, mengkarakterisasi  sibernetika sebagai "seni untuk memastikan keberhasilan tindakan."  Definisi  terkini  disampaikan  oleh  Louis  Kauffman,  Presiden  dari  American Society for Cybernetics,  "Sibernetika  adalah sebuah studi dari sistem dan proses yang berinteraksi  dengan diri mereka sendiri dan memproduksi  diri mereka dari diri mereka sendiri."
Konsep  yang dipelajari  oleh para sibernetikawan  termasuk,  tetapi  tidak terbatas kepada:  belajar,  kognisi,  adaptasi,  kendali  sosial,  emergence,  komunikasi,  efisiensi, efficacy dan interkonentivitas.  Konsep-konsep tersebut dipelajari pula pada bidang studi lain  seperti  teknik  dan  biologi,  tetapi  dalam  sibernetika  konsep  tersebut  dihapus  dari konteks organisme atau peralatan individual.
Sibernetika  paling  dapat diaplikasikan  ketika  sistem yang akan dianalisa  terlibat dalam sebuah sinyal loop tertutup; yaitu, ketika aksi dari sistem menyebabkan beberapa

perubahan  pada lingkungannya  dan perubahan  itu memberikan  umpan kepada sistem melalui  informasi  (umpan  balik) yang menyebabkan  sistem menyesuaikan  diri dengan kondisi  baru  ini:  perubahan  sistem  mempengaruhi  perilakunya.  Hubungan  "lingkaran sebab-akibat"  ini diperlukan  dan cukup untuk perspektif  sibernetika.  Dinamika  sistem, sebuah  bidang  yang  terkait,  bermula  dengan  penerapan  teori  kendali  teknik  elektrik untuk jenis lain dari model simulasi (khususnya sistem bisnis) oleh Jay Forrester di MIT pada tahun 1950-an.
Sibernetika kontemporer mulai sebagai studi interdisiplin yang menghubungkan bidang-bidang   sistem  kendali,  teori  sirkuit,  teknik  mesin,  logika  pemodelan,  biologi evolusi,  neurosains,  antropologi,  dan  psikologi  pada  tahun  1940-an,  sering  dikaitkan dengan Konferensi Macy. Bidang-bidang studi lain yang telah mempengaruhi atau dipengaruhi oleh sibernetika diantaranya teori permainan, teori sistem (counterpart matematis untuk sibernetika), teori kendali persepsi, sosiologi, psikologi (khususnya neuropsikologi,   psikologi   perilaku,   psikologi   kognitif),   filosofi,   arsitektur   dan   teori organisasi.


B.      SIAPA PENEMU SIBERNETIKA?


Sibernetika  juga  disebut  sebagai  adalah  ilmu  teknik  yang  menjelaskan  tentang transfer dan keseimbangan informasi antara mesin dan manusia, manusia dan manusia, dan  mesin  dengan  mesin.  Intinya,  si  penerima  pesan  bisa  menerima  informasi  dari pengirim  pesan  dengan  tepat  secara  otomatis.  Ilmu  ini  mulai  popular  Pasca  Perang Dunia II. Saking pentingnya penemuan sibernetika, banyak negara yang mungkin akan, mengklaim bahwa merekalah yang pertama kali mengenalkannya.
Sebut saja Prancis. Orang Prancis akan mengatakan  bahwa ilmuwan sibernetika pertama adalah Descartes yang mengenalkan  model mesin hewan. Bisa juga mereka bangga  dengan  Blaise  Pascal  si  penemu  binary  system  yang  dianggap  meletakkan dasar  pengetahuan  tentang  transfer  data  elektronik.  Lain  lagi  dengan  orang  Jerman. Mereka  akan  bangga  dengan  Leibnez,  penemu  mesin  canggih  yang  bisa  digunakan untuk menghitung  penambahan,  pengurangan,  perkalian,  dan pembagian.  Inggris pun memiliki ilmuwan seperti Babbage si penemu kalkulator. Tentu masih banyak lagi negara Barat yang ingin disebut sebagai negara asal sibernetika.
Tapi   ternyata   jauh  sebelum   orang-orang   berebut   tentang   sibernetika,   Islam ternyata  telah  mengenalnya   sejak  abad  ke-13.  Hal  ini  diungkapkan   oleh  seorang arkeolog muslim bernama Toygar Akman. Ia dikenal sebagai penulis terkenal pada abad ke-20   dengan   karya   tentang   hasil   temuannya   ketika   melakukan   perjalanan   di

sebuahkotakuno   bernamaDiyarbakirpada   1972,  sibernetika  pertama  kali  di  kenal  di Turki.  Dengan  lantang,   ia  pun  mengungkapkan   bahwa   orang  yang   pertama   kali mengenalkan  sibernetika adalah Abu I-Izz al Jazari, bukan yang lain. Al Jazari adalah seorang ilmuan muslim yang dikenal sebagai ahli mesin otomatis dan aneka macam robot”  pada  masa  kerajaan  Turki.  Salah  satu  karyanya  adalah  sebuah  sistem  kerja mesin yang memungkinkan air bergerak secara otomatis di dalam istana.
Temuan Toygar Akman tentang karya Al Jazari, bermula ketika ia membaca artikel karya  Ibrahim  Hakiki  Konyali  yang  berjudul  Turkish  Palace  Used  Machines  Eight Century Ago. Dalam karya tersebut ditemukan bukti-bukti penggunaan mesin otomatis di istana Turki. Buku lain yang berjudul Kitab al-Jami bayn al-ilm wa-‘l-amal  an-nafi fi sinaa al-hiyal atau Buku Tentang Pengetahuan dan Seni yang Menggunakan Peralatan Otomatis juga menyatakan bahwa sibernetika telah digunakan di Istana Turki. Ternyata Al Jazari-lah  yang  menjadi  pelopor  sibernetik  di muka  bumi  ini. Atas dasar fakta itu, Toygar  Akman  kemudian  mengusulkan   kepada  pihak  berwenang  di  Tubitak  untuk membuat sebuah patung mesin otomatis sebagai tanda peringatan.
Nama Al Jazari semakin meluas ketika diadakan pertemuan Electro-Technological Developments di Brussels  pada 1972.  Pertemuan  itu membahas  banyak  hal tentang sistem  teknologi  mesin  yang  bekerja  secara  otomatis.  Pada  kesempatan  ini,  Toygar Akman pun mempresentasikan  penemuannya  tersebut. Hal ini mendapatkan  sambutan hangat.  Selain  Toygar  Akman,  ada  ilmuwan  lain  yang  juga  mengenalkan  Al  Jazari kepada  khalayak  banyak.  Dia  adalah  Donald  R.  Hill  yang  menulis  buku  berjudul Knowledge  of Ingenious  Mechanical  Devices.  R. Hill menjelaskan  sistem  kerja  mesin otomatis Al Jazari melalui gambar sehingga terlihat lebih nyata. Peserta yang hadir pun semakin menjadi percaya bahwa Al Jazari adalah tokoh penting di balik sibernetika.
Beberapa tahun setelah konferensi di Brussels, Toygar Akman mengunjungi Metropolitan  MuseumNew  York. Dalam kunjungan  itu ia dikejutkan  oleh pajangan dua bagian  halaman  artikel  Al  Jazari  yang  ditulis  tangan  lengkap  dengan  gambar  penuh warna. Satu bagian halaman  menunjukkan  gambar Automatic  Tool with Elephant and Bird dan  bagian  lain  bergambar  Automatic  Horseman  and  Musical  Tool.  Di bagian bawah gambar tersebut tertulis Al Jazari, Muslim Engineer,  who lived during the 13th century Egyptian Memeluk Sultanate.” Melihat itu, Toygar Akman curiga telah terjadi pencurian dari bagian artikel karya Ibrahim Hakiki Konyali yang tersimpan di Black-Ami, Diyarbakir. Sayang, ia tidak memiliki cukup bukti untuk mendalaminya