BAB I MEMAHAMI SIBERNETIKA
A. PENGERTIAN SIBERNETIKA
Istilah sibernetika berasal dari
Yunani kuno κυβερνήτης (kybernētēs, jurumudi, gubernur, pilot, atau kemudi - akar yang sama dengan pemerintah). Sibernetika adalah bidang
studi yang
sangat luas,
tetapi tujuan
penting
dari
sibernetika
adalah
untuk memahami dan menentukan fungsi
dan
proses dari sistem yang memiliki tujuan dan yang berpartisipasi dalam lingkaran rantai sebab
akibat yang bergerak dari aksi/tindakan menuju ke penginderaan
lalu
membandingkan
dengan tujuan yang diinginkan, dan kembali lagi kepada tindakan.
Sibernetika didefinisikan oleh Norbert Wiener, dalam bukunya yang berjudul sama, sebagai suatu studi terhadap kontrol dan
komunikasi pada binatang dan mesin. Stafford Beer
menyebutnya
sebagai ilmu
organisasi efektif dan Gordon
Pask memperluasnya dengan mencakup aliran informasi "pada semua media"
dari bintang hingga otak. Hal
ini termasuk studi tentang loloh balik, kotak hitam dan konsep-konsep
turunannya seperti komunikasi dan teori kendali dalam
kehidupan organisme,
mesin
dan
organisasi termasuk organisasi mandiri.
Sibernetika berfokus kepada bagaimana sesuatu
itu
(digital, mekanik, atau biologis)
memproses informasi,
bereaksi
terhadap informasi, dan
berubah atau dapat diubah agar dapat mencapai dua tugas pertama dengan lebih baik. Definisi yang lebih filosofis, disarankan pada tahun 1956 oleh
Louis
Couffignal, salah seorang pelopor
sibernetika, mengkarakterisasi sibernetika sebagai "seni untuk memastikan keberhasilan
tindakan." Definisi terkini disampaikan
oleh Louis
Kauffman, Presiden dari American Society for Cybernetics,
"Sibernetika adalah sebuah studi dari sistem dan proses yang berinteraksi dengan diri mereka sendiri dan memproduksi diri mereka dari diri mereka sendiri."
Konsep yang dipelajari oleh para sibernetikawan
termasuk, tetapi tidak terbatas kepada: belajar,
kognisi, adaptasi,
kendali sosial,
emergence, komunikasi, efisiensi, efficacy dan interkonentivitas.
Konsep-konsep tersebut dipelajari pula pada bidang studi lain
seperti
teknik dan biologi, tetapi
dalam
sibernetika konsep
tersebut dihapus dari konteks organisme atau peralatan individual.
Sibernetika
paling dapat diaplikasikan
ketika sistem yang akan dianalisa terlibat dalam sebuah sinyal loop tertutup; yaitu, ketika aksi dari sistem menyebabkan beberapa
perubahan pada lingkungannya
dan perubahan itu memberikan umpan kepada sistem melalui
informasi
(umpan balik) yang menyebabkan
sistem menyesuaikan
diri dengan kondisi
baru ini: perubahan sistem mempengaruhi perilakunya. Hubungan
"lingkaran sebab-akibat"
ini diperlukan dan cukup untuk perspektif sibernetika. Dinamika sistem, sebuah
bidang yang
terkait,
bermula dengan
penerapan
teori kendali teknik elektrik untuk jenis lain dari model simulasi (khususnya sistem bisnis) oleh Jay Forrester di MIT pada tahun 1950-an.
Sibernetika kontemporer mulai sebagai studi
interdisiplin yang menghubungkan
bidang-bidang sistem
kendali,
teori sirkuit, teknik
mesin,
logika pemodelan,
biologi evolusi, neurosains,
antropologi,
dan psikologi pada
tahun
1940-an, sering
dikaitkan dengan
Konferensi Macy. Bidang-bidang studi lain
yang telah mempengaruhi atau dipengaruhi oleh sibernetika diantaranya teori
permainan, teori sistem (counterpart
matematis untuk
sibernetika), teori kendali persepsi, sosiologi, psikologi (khususnya
neuropsikologi, psikologi perilaku, psikologi kognitif), filosofi, arsitektur dan teori organisasi.
B.
SIAPA PENEMU SIBERNETIKA?
Sibernetika juga disebut
sebagai adalah
ilmu
teknik yang menjelaskan tentang transfer dan keseimbangan informasi antara mesin dan manusia, manusia dan manusia,
dan mesin dengan
mesin.
Intinya,
si
penerima pesan bisa
menerima
informasi dari
pengirim pesan dengan
tepat secara
otomatis.
Ilmu ini mulai popular
Pasca
Perang Dunia II.
Saking pentingnya penemuan sibernetika, banyak negara yang mungkin akan, mengklaim bahwa merekalah yang pertama kali mengenalkannya.
Sebut saja Prancis. Orang Prancis akan mengatakan
bahwa ilmuwan sibernetika pertama adalah Descartes yang mengenalkan “model mesin hewan”. Bisa juga mereka bangga
dengan Blaise Pascal si penemu binary
system yang dianggap meletakkan
dasar pengetahuan
tentang
transfer data elektronik. Lain lagi
dengan orang
Jerman. Mereka
akan
bangga
dengan Leibnez,
penemu
mesin
canggih yang bisa digunakan
untuk menghitung penambahan, pengurangan,
perkalian,
dan pembagian. Inggris pun memiliki ilmuwan seperti Babbage si
penemu kalkulator. Tentu masih banyak lagi negara Barat yang ingin disebut sebagai
negara asal sibernetika.
Tapi ternyata jauh sebelum orang-orang
berebut
tentang
sibernetika, Islam ternyata
telah
mengenalnya sejak
abad
ke-13. Hal ini diungkapkan
oleh seorang
arkeolog muslim bernama Toygar Akman. Ia dikenal sebagai penulis terkenal pada abad ke-20 dengan karya tentang hasil temuannya ketika melakukan perjalanan di
sebuahkotakuno
bernamaDiyarbakirpada 1972, sibernetika
pertama
kali di
kenal di Turki. Dengan
lantang, ia
pun
mengungkapkan bahwa orang yang pertama kali mengenalkan
sibernetika adalah Abu ‘I-‘Izz al Jazari, bukan yang lain. Al Jazari adalah seorang ilmuan muslim yang dikenal sebagai ahli “mesin otomatis” dan “aneka macam robot”
pada
masa
kerajaan
Turki. Salah satu karyanya
adalah sebuah
sistem
kerja mesin yang memungkinkan air bergerak secara otomatis di dalam istana.
Temuan Toygar Akman tentang karya Al Jazari, bermula ketika ia
membaca artikel karya Ibrahim
Hakiki Konyali
yang
berjudul
“Turkish Palace Used Machines Eight Century Ago”. Dalam karya tersebut ditemukan bukti-bukti penggunaan mesin otomatis di istana Turki. Buku lain yang berjudul Kitab al-Jami’ bayn al-‘ilm wa-‘l-‘amal an-nafi’ fi sina’a al-hiyal atau “Buku Tentang Pengetahuan
dan Seni
yang Menggunakan Peralatan Otomatis” juga menyatakan bahwa sibernetika telah digunakan di Istana Turki. Ternyata Al Jazari-lah yang
menjadi pelopor
sibernetik
di muka
bumi ini. Atas dasar fakta itu, Toygar
Akman kemudian
mengusulkan
kepada pihak
berwenang
di Tubitak untuk membuat sebuah patung mesin otomatis sebagai tanda peringatan.
Nama Al
Jazari semakin meluas ketika diadakan pertemuan “Electro-Technological Developments”
di Brussels pada 1972.
Pertemuan
itu membahas banyak
hal tentang sistem
teknologi mesin yang bekerja secara
otomatis. Pada
kesempatan
ini, Toygar Akman pun mempresentasikan
penemuannya tersebut. Hal ini mendapatkan sambutan hangat. Selain
Toygar
Akman,
ada ilmuwan lain yang
juga mengenalkan Al
Jazari kepada
khalayak
banyak.
Dia
adalah
Donald R. Hill
yang
menulis
buku
berjudul Knowledge of Ingenious
Mechanical Devices. R. Hill menjelaskan
sistem kerja mesin
otomatis Al Jazari melalui gambar sehingga terlihat lebih nyata. Peserta yang hadir pun semakin menjadi percaya bahwa Al Jazari adalah tokoh penting di balik sibernetika.
Beberapa tahun setelah konferensi di Brussels, Toygar Akman mengunjungi
Metropolitan
MuseumNew
York. Dalam kunjungan itu ia dikejutkan
oleh pajangan dua bagian
halaman
artikel Al Jazari
yang
ditulis
tangan
lengkap dengan
gambar penuh
warna. Satu bagian halaman menunjukkan gambar “Automatic Tool with Elephant and Bird” dan
bagian lain
bergambar “Automatic Horseman
and
Musical Tool”.
Di bagian bawah gambar tersebut tertulis “Al Jazari, Muslim Engineer, who lived during the 13th century Egyptian Memeluk Sultanate.” Melihat itu, Toygar Akman curiga telah
terjadi “pencurian” dari bagian artikel karya Ibrahim Hakiki Konyali yang tersimpan di
Black-Ami, Diyarbakir. Sayang, ia tidak memiliki cukup bukti untuk mendalaminya